Harapan Seorang Penjual Tape Singkong

Siang itu langit terlihat cerah. Udara di sekitarku terasa panas sekali. Aku terus melangkahkan kaki meskipun peluh membasahi sekujur tubuh, sebentar lagi akan sampai di rumah, gumamku.
Sesekali kuseka wajah yang berlumuran keringat bercampur debu dengan telapak tangan.
Mataku terasa perih, terkena hembusan angin kencang membawa debu jalanan.

"Bagaimana dengan barang dagangan ini? Ah sudahlah, bukankah esuk masih ada hari," Ku amati barang dagangan di baki, masih tersisa banyak. Kaki serasa lemas menopang tubuh. Aku berhenti dan duduk disebuah akar pohon besar.
Aku mendongak ke atas, pohon itu gersang dengan dedaunan kering di ranting, sebentar lagi pasti rontok jatuh ke bumi. Aku bergumam seraya menghela nafas. Lantas tatapan mataku beralih ke sebuah parit kecil di pinggir jalan, dangkal tiada airnya.

"Kemana aku membasuh muka ini? Air yang kubawa tadi pagi pun telah habis," Aku menoleh ke baki, sebuah botol tergeletak begitu saja tanpa isi. Muka ku terasa lengket sekali walaupun sudah aku seka berulang kali dengan sobekan kain tipis.
Tak urung, aku biarkan lengket di wajah yang sudah terasa gatal.
Kembali ku menghela nafas, rasa sedih mengingat kedua baki yang aku pikul masih penuh dengan barang dagangan.

"Pak, jualan apa itu pak?" Seorang ibu bertanya dari depan rumahnya.

"Ini bu, jual tape singkong,"

"Oh... Tape singkong, nggak jadi deh pak," Kata dia, dan membalikan badannya. Aku menatapnya lemas. Secercah harapan saat dia bertanya tadi telah hilang bersama ucapan 'tidak jadi' tersebut. Aku melanjutkan langkah meski gontai.

Memang, sesuatu sering datang dengan tiba-tiba dan tak dinyana saat kita berada dalam rasa putus asa.
Sebuah mobil berjalan pelan di sampingku, pemiliknya seperti sedang mengamati barang dagangan yang ku pikul.
Moboli itu berhenti di tepi jalan, sang sopir keluar dan menghampiri diriku.

"Jualan tape singkong, ya pak?"

"Iya mas," Aku memandangnya. Semoga saja dia pembeli, harapku.

"Boleh lihat pak?"

"Silahkan mas, silahkan,"

"Berapa satu bungkusnya pak? Atau pakai kiloan?" Tanyanya dia. Aku menurunkan dagangan yang ku pikul.

"Iya mas, per-bungkus Rp1.000,"

"Oh..., minta 10 bungkus deh pak," Ucapnya. Dengan sigap aku ambil sepuluh bungkus kecil tape tersebut.

"Ini mas tapenya,"

"Terima kasih pak. Ini pak uangnya," Laki-laki muda itu memberikan uang sepuluh ribu, terus menuju ke mobilnya. Aku tersenyum menatapnya.
Dia melaju dengan mobilnya, dan aku melanjutkan langkah menyusuri jalan berdebu.

Apa yang aku dapat di hari ini cukuplah membuat senang walaupun sebenarnya sangat jauh dari harapan yang barang dagangan akan laku semua dan mendapat banyak uang. Tapi, tidak akan ada seratus ribu jika tidak ada sepuluh ribu, gumamku.
Sampai diriku di rumah, hanya sepuluh ribu itu yang kudapat. Namun begitu aku harus bisa bersyukur, mungkin esuk atau lusa tape singkong ku akan ramai oleh pembeli. (*)

1 Tanggapan untuk "Harapan Seorang Penjual Tape Singkong"

  1. Ketabahan seorang penjual tape singkong itu patut dicontoh, ya gan...
    http://madumoe.pokerdominoterpercaya.biz

    BalasHapus