Perkenalan Itu Menyatukan Robert dan Vivi

Bus kota itu melaju pelan di ruas jalan tengah kota Surabaya. Tampak seorang pemuda dengan tas tergantung di bahu, mengejar laju bus. Dia langsung meloncat masuk lewat pintu samping belakang bus, kemudian duduk di sebuah kursi yang kosong.
Pemuda tadi menyeka wajahnya menggunakan sapu tangan warna putih lusuh karena telah beberapa hari tak dicucinya.
Sebentar ia menurunkan tas bawaannya dan meletakan di pangkuan.
Matanya memandang ke seluruh ruang bus, lalu menarik nafas pelan.
Dia tersenyum sendiri, kemudian mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu untuk membayar ongkos perjalanan.

"Bau apa ini? Seperti bau kentut," Pemuda bernama Robert itu tampak mengenduskan hidung. Dia menoleh orang disampingnya yang seorang wanita. Perempuan disamping si Robert meringis seperti lagi menahan sesuatu.
Ingin Robert bertanya pada wanita tersebut, tapi diurungkannya.

"Eeek," Suara wanita itu lirih. Wajahnya menegang, sebentar kemudian keluar angin yang tadi ditahannya. Untung suara angin tadi tidak keras, tapi baunya... cukup membuat si Robert dan orang di dekatnya menutup hidung.

"Ughhh baunya. Siapa sih yang kentut?
Eh maaf mbak. Mbak mau kemana?" Robert nyengir. Biasa, dia kemudian mengajak berkenalan cewek di sampingnya.

"Mau pulang ke rumah,"

"Rumahnya dimana?"

"Di atas tanah di bawah langit,"

"Heeemmm, itu sih aku sudah tahu. Ya sudah kalau pelit,"

"Pelit apanua?"

"Pelit nggak mau ngasih tahu dimana rumahmu. Eh, tadi mbak kan yang kentut? Baunya...,"

"Tahu ah," Dia ketus. Namun Robert tidak serta merta diam. Bahkan ia lebih menggoda cewek tersebut hingga wanita itu pun tersenyum dan akhirnya mau diajak berkenalan.
Vivi, nama cewek itu. Selanjutnya mereka lebih akrab dalam berbincang.
Mungkin namanya juga malu-malu kucing cewek itu, yang tadinya ogah dan sinis dalam menanggapi kata-katanya si Robert. Sekarang dia terlihat kenes, renyah dalam setiap bicaranya. Entah mantra apa yang Robert baca sampai Vivi bisa bersikap lunak kepadanya. Walau begitu tak lantas Robert pongah or sombong. Malah dia boleh dibilang terlalu sopan dalam setiap ucapan.
Mobil terus melaju menyusuri pinggiran kota Surabaya. Robert kemudian turun dengan menitipkan sebuah senyuman kepada Vivi sebelum dirinya melompat turun.

"Aku turun dulu Vi. Kamu hati-hati, ya. Esuk kita pasti ketemu lagi," Kata Robert dan tersenyum. Cewek itu memandang langkah Robert sebelum bus kembali berjalan.

Perkenalan dan cinta memang tak dapat direncanakan. Seperti halnya perkenalannya Robert dan Vivi. Mereka ketemu di sebuah bus, dan beberapa jam kemudian berpisah.
Perkenalan kedua mereka juga tak direncanakan oleh mereka. Keduanya kembali bertemu di atas bus di kota tersebut. Bukan karena apa, Robert sendiri jarang naik bus dengan trayek Surabaya - Malang. Jika dirinya naik bus dengan jurusan tersebut di atas, itu karena ia hendak ke tempat saudaranya. Jadi memang sebulan sekali belum tentu dia naik bus itu.
Begitu juga dengan si Vivi, dia juga jarang bepergian dari Malang ke Surabaya, jadi ia pun jarang sekali naik bus dengan jurusan yang sama. Namun di hari itu, Ronert dan Vivi sama-sama naik bus itu. Mereka pun terkejut dan tak pernah menyangka kalau akan kembali bertemu di atas bus.
Senyum dan tepukan Robert di pundak si Vivi mengagetkan cewek itu.

"Hei Vi. Kamu Vivi kan?"

"Hei mas Robert. Apa kabar? Gila nih, kita ketemu lagi dalam bus yang sama, hikhikhiiik," Renyah suara cewek itu. Robert langsung duduk di sebulah Vivi. Mereka langsung terlibat dalam percakapan sengit. Tak jarang mereka saling tertawa, meski dalam bus itu penumpangnya penuh.

Dari obrolan biasa kemudian berlanjut pada lirikan-lirikan penuh isyarat dan makna.
Mereka tak canggung lagi untuk saling memuji dan mengkritik. Dan pada akhirnya bertukar alamat tempat tinggal masing-masing.
Setelah keduanya berpisah dari naik bus tersebut, kemudian berlanjut pada saling berkirim SMS dan telfon. Bahkan Robert tak ragu lagi untuk mengungkapkan kata cinta kepada Vivi.
Meskipun mereka berjauhan dalam tempat tinggal, tapi Vivi pun menerima cintanya Robert.
Dari pertemuan dan perkenalan yang tak disengaja tersebut kemudian mereka memadu kasih. Meskipun cinta mereka berat diongkos tapi hal itu tak menjadikan semangat si Robert kendur. Bahkan setahun kemudian lelaki itu melamar Vivi. Jadilah kini Robert dan Vivi hidup serumah dalam ikatan pernikahan atas cinta mereka.

Janganlah takut untuk mengenal seseorang yang belum kita kenal selama ia sopan dan baik. Siapa tahu saja orang yang baru kita kenal itu kelak akan menjadi permaisuri dan atau raja yang selama ini dicari. (*)

0 Tanggapan untuk "Perkenalan Itu Menyatukan Robert dan Vivi"

Posting Komentar