Boneka Aneh Menampar

Hujan baru saja turun setelah hampir setahun kemarau.
Diriku berdiri di dekat jendela menikmati pemandangan air hujan itu, yang jatuh membasahi bumi.
Dari jauh, kulihat seseorang berjalan ke arahku dengan mengendarai sepeda motor. Dia adalah pak pos, karena terlihat jelas sekali dari seragam dan warna kendaraannya.
Tit tit tiiiiiiittt, suara bell kendaraan di depan rumah, aku bergegas menengoknya.

"Saudara Handoko ada?" Tanyanya pak pos kepadaku.

"Kebetulan saya sendiri. Ada apa ya pak?"

"Ini ada kiriman. Silahkan Anda tanda tangani resinya. Oh iya, kalau ada, saya mau melihat tanda pengenal saudara, sebentar saja,"

"Sebentar ya pak," Ku ambil tanda pengenal dan menunjukkannya pada pak pos. Aku tanda tangani kertas resi itu, aku pun tersenyum.

"Kalau begitu saya mohon diri dulu,"

"Sebentar pak. Mari minum teh dulu, lagian hujan kan lebat sekali pak,"

"Terima kasih mas. Ini barang masih ada banyak yang harus segera saya antar ke alamatnya,"

"Oh begitu ya pak. Baiklah, terima kasih banyak lho pak," Diriku kembali tersenyum. Pak pos meneruskan tugasnya.


"Kira-kira apa ya isinya?" Aku amati kotak yang terbungkus kertas coklat yang dikirimkan oleh Lestari. Kubuka kotak tersebut, dan aku sempat terdiam saat kulihat isinya. Sebuah boneka kecil dan secarik kertas ada di dalamnya.
Aku tidak percaya dengan apa yang Lestari kirimkan kepadaku. Kenapa boneka? Kenapa juga ada kata-kata itu yang mana membuat diriku malah bersedih.

"Sengaja aku memberikan boneka ini kepadamu, agar kamu selalu teringat kepadaku karena akhir-akhir ini kamu tidak lagi memperhatikan diriku,"

Mungkin ada benarnya kalau aku mulai tidak memperhatikan Lestari, kekasihku. Akhir-akhir ini diriku memang lagi disibukkan oleh pekerjaan.
Jangankan untuk menghubunginya dan mengobrol, untuk waktu makan yang teratur saja sering terlewatkan oleh karena kesibukan tadi.
Aku sering berangkat pagi-pagi dan pulang tengah malam. Jadi memang tidak ada waktu untuk bersantai.
Apa yang diberikan Lestari itu sebenarnya sangat membuatku jengah juga, dan merasa bersalah. Namun mau bagaimana lagi jika memang seperti ini keadaanku sekarang.

Telah kucoba untuk memberi pengertian kepadanya tapi mungkin rasa kesepian pada dirinya yang lantas membuatnya sering marah-marah. Puncaknya, sepucuk sutat ia kirimkan dengan isi sebuah ancaman. Dia hendak bunuh diri.
Sangat riskan jika hal itu sampai dia lakukan, mengingat sebenarnya aku pun sangat mencintainya.
Aku pun tak ingin ancamannya akan ia lakukan. Malam itu, sengaja diriku pergi ke rumahnya mesti malam telah larut. Namun semuanya telah terlambat. Lestari telah pergi jauh dan tak mungkin kutemukan. Dia benar-benar telah mengakhiri hidupnya. Dia telah gantung diri di sebuah pohon mangga di belakang rumah orang tuanya.
Sedih dan pilu jelas aku rasakan. Aku merasa sangat bersalah. Aku hanya bisa menatap jauh bersama bayangnya. Apa yang telah kami rencanakan pun sirna bersama kepergiannya.

Malam berganti dengan pagi. Meski aku seorang lelaki, tapi aku juga nggak mampu menahan kesedihan dengan menetesnya bulir air mata.
Setelah prosesi pemakamannya selesai dan malamnya diadakan do'a bersama (Tahlilan) dan diriku juga mengikuti tahlilan itu meskipun hanya tiga malam. Hal-hal aneh kemudian sering hadir menghantuiku.
Diriku sering mendengar suara tangis di kamarku. Entahlah, bisa jadi arwahnya menghantuiku.
Aku tidak ingin diganggu suara tangis itu. Makanya kemudian aku meminta tolong kepada seorang pintar dalam hah gaib guna menentramkan batin dan keadaan rumahku.
Setelah diriku mendapatkan wejangan dan beberapa do'a dari Pintar tersebut, rasa tenang pun bisa kurasakan. Namun , di kala aku tidur dan bermimpi bertemu dengan Lestari. Dia memang tampak lain, ia sering mengejar dan hendak mencekikku. Bahkan boneka yang ada di dunia nyata pun seakan hidup dan sering tampak marah terhadapku.
Mungkin hal ini hanya sebuah ilusi karena diriku yang terlalu bersedih, merasa bersalah dan selalu memukirkankannya.


Kejadian ini layaknya di film saja. Boneka dari Lestari yang ku letakkan di atas meja dalam kamar tiba-tiba bergerak sendiri. Dia tajam menatap diriku.
Boneka itu kemudian jatuh ke lantai. Boneka itu aku ambil, aku perhatikan. Dia memang seperti hidup.
Boneka itu hendak ku letakkan di atas meja, tapi... 'Plak!' tangannya menampar wajahku, sakit.
Dengan perasaan takut, ku lempar boneka itu sampai menghantam dinding kamar. Aku langsung tidur. Tapi aneh, tiba-tiba boneka itu sudah berada di atas tempat tidur. Dengan cepat aku keluar kamar dan nggak berani tidur di dalam kamarku.
Kejadian aneh itu kemudian aku ceritakan pada orang seisi rumah. Ketika di tengok ke dalam kamarku, boneka itu sudah tidak ada di tempatnya. Orang seisi rumah pun menganggap diriku bercerita bohong. (*)

0 Tanggapan untuk "Boneka Aneh Menampar"

Posting Komentar