
Perasaan suka kepada orang lain sering membuat kita lupa, bahkan hati pun kerap menjadi gelap dan pada akhirnya nggak memperdulikan lagi dengan hasil yang kita perbuat.
Begitu juga rasa sukanya antara Om Lindu dan Tante Bunga.
Mereka sama-sama telah mempunyai pendamping hidup dan momongan, tapi apa daya jika diri tidak kuat menahan godaan antar keduanya.
Pertemuan mereka yang terjadi sudah beberapa kali di sebuah pasar berlanjut pada janjian dan perbuatan memalukan bagi sebagian orang.
"Hallo Bunga, kamu sedang apa? Ini aku, Lindu," Suara seorang lelaki di ujung mikrophone phonsel.
"Hai mas Lindu. Ini lagi masak, ada apa mas?" Tante Bunga buru-buru meletakkan penggorengan yang telah diambilnya dari rak dapur.
"Oh lagi memasak..., masak apa nih,"
"Hanya masak bubur mie goreng buat si kecil. Kamu mau?"
"Mau banget dong. Beneran?"
"Iya bener dong mas...,"
"Ok deh. Eh Bunga, kamu ada waktu nggak? Kita ketemuan yuk,"
"Ketemuan dimana? Kamu ke rumah saja mas,"
"Nggak ah kalau ke rumahmu. Nanti ada suamimu bagaimana?"
"Suamiku lagi keluar kota, seminggu lagi pulangnya.
Memang ada apa sih mas kok mau ke ketemuan?"
"Kangen saja sama kamu. Benarkah suamimu nggak ada di rumah Bunga?"
"Kan sudah kubilang tadi, suamiku pulang seminggu lagi,"
"Ok deh Bunga, sekarang juga aku ke rumahmu. Tunggu ya, bye," Telphon ditutup. Om Lindu langsung ke tempat Tante Bunga dengan sepeda motornya.
Jarak tempat tinggal antar keduanya memang lumayan jauh. Satu jam lebih Om Lindu baru sampai di rumah Tante Bunga.
Setelah berhasil menemukan rumah tante yang lumayan sexy itu, kendaraan pun diparkirnya di halama. rumah tersebut.
Om Lindu langsung mengetuk pintu, seorang wanita berparas lumayan cantik tampak membuka pintu kemudian tersenyum.
"Silahkan masuk mas Lindu,"
"Terima kasih Bunga," Jawab lelaki itu yang kemudian memandangi seisi ruangan.
"Sebentar ya mas," Tante Bunga masuk ke dalam. Sebentar kemudian ia keluar dengan minuman dan kue kecil buatan sendiri.
"Anakmu dimana?"
"Dia tidur setelah makan tadi. Silahkan mas," Wanita itu terus memandang lelaki di hadapannya, begitu juga dengan Om Lindu.
Mereka saling pandang, sebentar kemudian Om Bunga mulai mengutarakan maksud kedatangannya kepada wanita sexy tersebut.
"Begitulah Bunga, semenjak kita bertemu di pasar waktu itu, aku selalu teringat kepadamu.
Wajahmu selalu terbayang di pelupuk mataku. Pokoknya pikiranku hanya terisi oleh bayangmu,"
"Ah gombal kamu mas, hikhikhiikk,"
" "Benar Bunga, aku nggak bohong,"
,Lha terus?"
"Terus..., kalau kamu mau, aku ingin mengajakmu jalan-jalan,"
"Jalan-jalan kemana mas?"
"Kemana saja yang kamu suka,"
"Ah mas Lindu ini, ada-ada saja. Kan mas Lindu bisa mengajak istrinya untuk menemani jalan-jalan,"
"Iya sih, tapi aku ingin sekali jalan bersamamu Bunga. Bagaimana?"
"Dicicipi dulu itu teh dan kuenya mas. Emmm, bagaimana ya? Aku mau diajak kamu jalan tapi bagaimana dengan anakku?"
"Gampang itu, titilkan saja anakmu pada ibumu. Bilang ke ibumu kalau kamu mau mengurus sesuatu yang membutuhkan waktu sehari atau bagaimana terserah kamu Bunga," Kata Om Lindu menjelaskan. Tante Bunga tampak manggut-manggut kemudian tersenyum. Sepertinya Tante Bunga juga sudah ada rasa terhadap lelaki bertubuh gempal tersebut, sehingga dia begitu mudah menerima ajakan Om Lindu.
Setelah mencicipi kue dan minuman tersaji, Om Lindu tersenyum pada wanita di depannya. Om Lindu mengatakan kalau dirinya cinta sama Tante Bunga, diluar dugaan lelaki tersebut, tante Bunga juga bilang kalau dirinya menyukai Om Lindu.
Tidak mau terlalu lama, Om Lindu langsung meraih telapak tangan Tante Bunga. Digenggamnya tangan tersebut dengan mesra. Tante Bunga seperti menikmati genggaman tangan lelaki di depannya.
Kedua insan yang tengah dimabuk cinta itu terus saling pandang dan saling remas. Bahkan kini Om Lindu sudah berada disampingnya Tante Bunga. Tanpa rasa sungkan, Om Lindu mendaratkan sebuah kecupan di kening wanita di dekatnya. Dia diam saja, ia membiarkan bibir lelaki tersebut menelusuri halus kulit wajahnya.
Tangan Om Lindu mulai nakal. Dia mulai bergerilya menelusuri setiap lekuk tubuh wanita nan sexy di dekatnya. Tante Bunga menggelinjang dan mendesah. Tidak lama kemudian bibir wanita itu memagut bibir lelaki gempal tersebut.
Tangan mereka aktif menelusuri dan meremas bagian tertentu dari keduanya. Nafas mereka tersengal memburu sesuatu yang dirasanya nikmat.
"Oeeeeekkk oeeeekkk," Suara tangis bayi dari sebuah kamar membuyarkan mereka yang tengah mendaki.
Tante Bunga menarik wajahnya dari pagutan Om Linda. Dia langsung masuk ke kamar dan menimang-nimang bayinya. Sementara itu Om Lindu tampak kecewa atas gangguan tersebut.
"Maaf mas, dedek bangun,"
"Nggak apa-apa kok. Sudah umur berapa itu si ganteng?"
"Anu mas, enam bulan," Tante Bunga tersipu. Mereka kemudian berbincang biasa. Setelah cukup lama berada di tempat itu, lelaki itu pamit pulang.
"Aku pulang dulu ya Bunga. Kamu mau kan kalau yang tadi itu dilanjut di tempat lain?"
"Maksudnya mas?"
"Seperti yang telah aku katakan tadi, kita jalan-jalan dan meneruskan remas-remasnya,"
"Iiiihhh si mas ini. Iya deh mas," Tante Bunga mencubit lengan Om Lindu.
Lelaki tersebut membalas cubitan tadi dengan sebuah ciuman di pipi wanita itu, lalu keluar dari rumah tersebut dengan melemparkan senyum genitnya. Om Lindu melaju bersama sepeda motornya.
Apa yang mereka lakukan di rumah Tante Bunga tempo hari berlanjut di sebuah penginapan saat mereka jalan-jalan keluar kota. Om Lindu dan Tante Bunga sangat bersemangat dalam percintaan. Mereka sudah tidak memperdulikan lagi dengan statusnya. Apalagi Tante Bunga yang memang sudah hampir lima bulan ditinggal sang suami bekerja. Dia mungkin sudah nggak tahan menahan gejolak birahinya. Memang sih, tante Bunga dulunya sebelum menikah adalah seorang wanita gampangan alias suka menjalin hubungan dengan lelaki, sering melakukan hal seperti itu dengan lelaki yang menjadi pacarnya.
Mereka terus berpacu dalam gairah tinggi. Nafas keduanya terengah mencapai puncak. Keduanya menggelepar dalam kelelahan.
Dalam keadaan tanpa busana itu, Om Lindu memeluk erat tubuh di sampingnya. Mereka saling tersenyum, lantas melakukan ciuman-ciuman ringan, untuk selanjutnya menyudahi permainnan.
Keduanya lantas memutuskan segera pulang karena tante Bunga teringat si kecil yang dititipkan pada ibunya, dia harus segera menyusui bayi tersebut.
Bila sudah terlaksana dan merasakan enaknya pastilah ingin mengulanginya kembali. Begitu juga dengan Om Lindu dan Tante Bunga, keduanya mengulangi dan terus mengulangi perbuatannya. Mereka melakukan hal itu dimana saja. Terkadang di tempat luar, seperti penginapan ataupun hotel. Mereka juga sering melakukan di rumah tante Bunga disaat sang suami sedang bekerja keluar kota.
Apa yang mereka perbuat lambat laun ketahuan juga.
Beberapa orang (tetangga tante Bunga) menaruh curiga akan Om Lindu yang sering datang ke rumah wanita tersebut saat Om Jupri (suami tante Bunga) tidak di rumah. Mereka semakin curiga karena tiap lelaki itu datang, pasti lama sekali berada di dalam rumah tersebut.
Warga kemudian mengintai Om Lindu dan tante Bunga yang sedang mengobrol di ruang tamu. Mereka membiarkan kedua orang itu berbincang.
Warga mulai gerah ketika dilihatnya orang yang tadi hanya berbincang sudah mulai menunjukkan permainan-permainan nakal.
Seperti biasa yang sering mereka lakukan jika sudah seperti itu. Tante Bunga menarik tangan lelaki tersebut untuk masuk ke kamar.
Mereka tersenyum dan tertawa kecil. Mereka mulai menampilkan ke fullgaran dan atraksi yang tak sepantasnya dilakukan, karena mereka bukanlah sepasang suami istri.
Dalam hitungan detik, tubuh mereka sudah telanjang tanpa sehelai benang pun.
'Brak brak braaakkk!!!' suara pintu di dobrak. Kemarahan warga sudah memuncak. Beberapa orang warga dengan cepat menerobos masuk ke dalam rumah itu. Mereka pun mendobrak pintu kamar tante Bunga. Terang saja kedua orang yang tengah dijerat birahi itu gelagapan dan langsung menyahut kain di dekatnya.
Warga langsung menyeret keduanya keluar kamar.
"Dasar kalian orang-orang bejat tak bermoral!" Suara seorang pria kepada Om Lindu dan Tante Bunga yang tertunduk malu bukan kepalang.
Berita tentang tertangkapnya mereka yang berbuat zina pun dengan cepat menyebar ke masyarakat, dan juga sampai ke telinga orang tuanya tante Bunga.
Kedua orang yang berzina itu kemudian digelandang ke Kantor Kelurahan setempat.
Suami tante Bunga langsung dihubungi oleh saudaranya. Suami tante Bunga langsung meluncur pulang.
Selepas maghrib, Om Jupri tiba di rumahnya. Dia langsung mencak-mencak kepada tante Bunga. Dengan penuh em osi pria itu menanyakan kebenaran perbuatan yang dilakukan istrinya bersama lelaki lain. Tante Bunga tak dapat mengelak ketika sang suami menunjukkan foto dirinya dan Om Lindu yang dikirimkan oleh saudaranya melalui sosial media. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi wanita sexy itu.
"Mulai sekarang juga kamu aku cerai!!! Pulang sana ke orang tuamu!" Dengan penuh kemarahan Om Jupri mendorong tante Bunga hingga tersungkur. Wanita itu bangkit dan pergi dari hadapan Om Jupri.
Dengan menggendong anaknya yang masih bayi, tante Bunga meninggalkan rumah itu tertunduk malu.
Semenjak diusir suami dari rumah, tante Bunga malah semakin menjadi-jadi dalam menjalin hubungan dengan Om Lindu. Mereka benar-benar tidak memperdulikan guncingan orang sekitarnya. Mereka terus melakukan kemaksiatan tersebut sampai pada akhirnya Om Lindu meninggal dalam sebuah kecelakaan maut di jalan raya.
"Andai saja dulu aku tidak melakukan hubungan dengan mas Lindu, mungkin tak sekelam ini diriku," Tante Bunga merenung di sudut kamarnya.
Kini tante Bunga sudah diceraikan oleh Om Jupri. Sekarang kehidupan tante Bunga semakin kelam disebuah lokalisasi. (*)
0 Tanggapan untuk "Zina Membuat Hidupku Kelam"
Posting Komentar