Terduduk aku sendiri di tengah sunyinya hati.
Di malam ini, tak mampu kusentuh dirimu nan jauh.
Tatapan mataku kosong dan tak berjiwa lagi. Hingga aku lupa, bahwa engkau itu sangat indah buatku.
Sekelumit perasaanku di malam ini dalam mengingat dia yang telah jauh dariku.
Hujan gerimis turun sedari maghrib tadi. Aku hanya duduk sendiri di teras rumah sambil sesekali menatap langit mendung tanpa sinar bintang dan rembulan.
Aku baru sadar jika malam ini adalah malam Minggu, dimana biasanya aku pergi ke rumahnya tuk melepaskan rindu.
Biasanya, setelah diriku tiba di rumah dia, lantas kami jalan-jalan ke luar rumah menikmati suasana. Namun dia telah pergi dariku tiga hari yang lalu lantaran sebuah sebab yang kuanggap sepele.
"Kita akhiri cukup sampai disini hubungan ini Jhon!" Ucap Nila dengan wajah memerah seperti sedang marah.
"Lho kok?"
"Kenapa?! Kan kamu sudah tidak sayang sama aku,"
"Siapa bilang? Aku sayang kamu kok Nila.
Sebenarnya ada apa hingga kamu seperti ini?"
"Kamu jangan pura-pura nggak tahu Jhon. Bukankah kamu suka sama Dita?!"
"Suka sama Dita? Jangan ngawur ah Nil. Aku dan Dita kan hanya berteman, seperti halnya sama Chelsie, Sari, dan juga sama Dewi.
Sebenarnya ada apa sih? Kok kamu marah-marah sedari tadi,"
"Sudah deh, pokoknya kita putus! Titik!" Nila melangkah pergi dari hadapanku. Ingin aku mencegah langkahnya, tapi nanti malah semakin ribut dan tidak enak dilihat orang lain. Aku hanya bisa menatap langkahnya dengan ketidak mengertianku atas keputusannya tadi. Bisa-bisanya ia cemburu kepada Dita, padahal si Dita hanya teman biasa.
Aku tak habis mengerti kenapa Nila seperti itu. Dia aku telfon pun nomernya tidak aktif, mungkin sudah digantinya iti nomer.
Kini aku hanya bisa bersedih atas keputusan Nila. Bukan karena aku takut diputusnya akan tetapi penilaian dan keputusannya itulah yang membuatku sedih. Praktis malam Minggu aku sendirian.
"Kamu kenapa Jhon? Murung sangat,"
"Ini Dit, diputus sama Nila,"
"Kok bisa, masalahnya apa?"
"Masalahnya kamu,"
"Aku? Maksidmu Jhon?"
"Iya, Nila menganggap kita ada hubungan khusus karena kedekatan itu. Padahal kita cuma berteman kan?"
"Emmm, iya. Wah... harus diluruskan ini. Sebentar Jhon,"
"Percuma Dit, nomernya nggak aktif,"
"Iya bener. Gila itu Nila.
Aku ke tempat Nila dulu ya Jhon," Dita langsung meninggalkan diriku.
"Eh Dit, tunggu dulu. Aduh...," Aku menyusulnya. Aku dan Dita pergi ke tempat Nila. Alangkah terkejutnya diriku setelah sampai di depan rumahnya. Kulihat Nila tengah duduk berdekatan dengan si Jack, cowok yang dulu dikejar-kejar Nila.
"Oh... jadi ini maksudmu Nil," Kataku dengan menahan cemburu.
"Iya, kenapa Jhon?!" Jawabnya Nila dengan entengnya.
"Bilang kek kalau kamu mau bersama dia. Jangan main tuduh seenak dengkulmu. Ngatain Aku suka sama Dita segala!
Kita pulang ayo Dit," Dengan emosi aku meninggalkan tempat itu bersama Dita.
Entahlah, ingin aku menampar wajah Nila karena kebohongan dan main fitnah seenaknya. Tapi biar bagaimanapun aku harus bisa mengendalikan diri atas amarah yang meledak ini.
Sejak saat itu diriku enggan bertemu dengan Nila. Rasanya sangat eneg jika harus melihat wajah dia meskipun dulu sempat menyanjungnya. Kini aku melupakan cewek bernama Nila tersebut. (*)
0 Tanggapan untuk "Putusnya Aku dengan Nila"
Posting Komentar