Nafasku seperti berhenti, kakiku gemetaran. Kulihat sesosok menyeramkan tiba-tiba muncul dari rumah bodhol di pinggir sungai.
Aku hendak berlari, tapi langkahku terasa berat, celanaku pun basah dengan sendirinya.
Jeritan ketakutanku berhenti di ujung kerongkongan, lidahku pun kelu.
Dengan mata memejam, tanganku menggapai-gapai tubuh si Wawan. Namun dia sudah tidak berada di sampingku.
"Auk ak akkk. Wa wan..., hiiiiiiiiiiiiiiii," Aku menutup mata dengan kedua telapak tangan. Kubalikkan badan dengan melompat-lompat, kemudian berlari sekencangnya. Tapi 'Brak!' tubuhku menabrak pagar halaman hingga diriku terjerembab ke tanah.
Aku bangkit dan hendak berlari lagi, tapi makhluk itu sudah melayang-layang di hadapanku. Wajahnya sangat mengerikan, dia menyeringai dan lendir menetes dari mulutnya.
Aku berteriak histeris saat mukanya berada persis di depan wajahku.
Aku bergerak mundur, kepala hantu menggelinding ke tanah terpisah dari badannya. Aku tak sadarkan diri.
"Uuughhh, dimana aku? Han han hantu....!!!" Diriku terjaga. Kuamati sekeliling, aku berada di sebuah rumah rusak.
Sesosok berwajah jelek mengagetkan dan membuatku berkidik. Hendak diriku bangkit dari duduk dan berlari, tapi sesosok itu menyeringai dan seperti meniupkan angin ke arahku hingga tubuh cekingku terpelanting.
"Am ampuuuuun...! Siapa kamu ini?!" Dia tajam menatapku. Lendir dari mulutnya terus menetes memercik ke lantai tanah. Bau tidak sedap menyengat hidungku sampai mau muntah.
Dia melayang-layang dan sepertinya mempermainkan diriku yang sudah lemas karena ketakutan.
"Paijo...! Paijo....!" Suara orang memanggilku dari luar rumah bodhol, sepertinya itu suara si Wawan. Aku berteriak, tapi suaraku hanya sampai di ujung kerongkongan.
Aku hendak berdiri, tapi badanku serasa terpatri dengan lantai tanah rumah tersebut. Aku hanya bisa memejamkan mata dan sesekali menahan nafas. Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi pada diriku.
Orang itu terus memanggil namaku. Derit pintu rumah terdengar dan seseorang kemudian masuk ke dalam.
"Apa itu? Setan.......!!!" Aku lihat otang itu yang ternyata si Wawan, dia juga sangat ketakutan ketika makhluk itu dilihatnya.
Wawan membalikkan badan dan hendak lari. Namun hantu itu menghadang langkah Wawan, mencengkeram tengkuk temanku dan kemudian melempar tubuh Wawan ke arahku.
"Wawan?"
"Iya Jo, aduh...," Tubuh Wawan menggeliat. Dia seperti kesakitan, tadi kulihat tubuh gempalnya menghantam tong kosong di ruangan kami berada.
"Kenapa kamu menyusulku kesini Wan,"
"Kan aku temanmu Jo.
Jangan.................!!!" Hantu itu mengangkat tong dan hendak dilemparnya ke arah kami.
'Braaang! Glontang glontang glontang!' Tong dilemparnya mengenai tiang rumah dan menggelinding. Tiang penyangga itu pun bergetar dan seperti mau roboh.
"Aaaarrrrggghhhhh" Suara makhluk itu menyeringai, lalu dia pergi dari hadapan kami.
"Kita harus keluar dari rumah ini Wan," Kataku dengan berbisik.
"Ayo,"
"Sebentar lagi. Tunggu tenagaku pulih, baru kita keluar,"
Malam itu benar-benar menyeramkan. Suasana rumah bodhol yang tanpa penerangan membuat kami semakin berkidik.
Sayup-sayup terdengar suara kentongan sebanyak sepuluh kali, menandakan kalau sudah pukul sepuluh malam.
Aku menggeliat, tubuhku sudah bisa digerakkan.
Dengan susah payah aku mencoba untuk duduk.
"Ayo Wan, sekarang kita keluar,"
"I i itu, dia muncul lagi," Wawan langsung merobohkan tubuhnya, begitu juga dengan diriku.
Hantu penunggu rumah bodhol melayang-layang ke arah kami. Sebenarnya entah apa yang mau diperbuatnya pada kami. Dia terus memperhatikan kami, kemudian menghilang begitu saja tanpa bekas.
Aku dan Wawan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kami keluar dengan cepat dari dalam rumah bodhol tersebut meskipun harus terjatuh berkali-kali karena kesandung benda-benda yang berserakan di lantai tanah.
"Mana pintu keluar rumah ini Wan?"
"Kita tabrak saja dinding rumahnya yang sudah lapuk itu,"
'Braaaakkk!' Aku dan Wawan mendobrak pagar rumah dengan menabrakkan diri hingga dinding itu jebol. 'Byuuurrr!!!' Kami kejebur masuk ke sungai di pinggir rumah itu, untung saja sungainya tidak dalam. Kami sempat gelagapan dan kesusahan untuk muncul ke atas sungai.
Suara tawa aneh terdengar tidak jauh dari rumah bodhol, kemudian terlihat jelas hantu itu melompat-lompat seperti kegirangan melihat kami yang tadi masuk ke sungai. Aku dan Wawan pun beradu cepat, lari menyingkir dari hantu tersebut. (*)
0 Tanggapan untuk "Hantu Penunggu Rumah Bodhol"
Posting Komentar