Dijahili Setan Rumah Sakit

"Aaaaaaaahhhh, set set setaaaaaaan...!" Jerit seorang perempuan ketika membuka pintu kamar 13 di sebuah rumah sakit. Perempuan tadi lari terbirit-birit kembali masuk ke dalam ruangan. Dia langsung menubruk temannya yang tengah duduk di tempat tidur operasi.
Muka perempuan itu pucat pasi. Ketakutan teramat sangat menyelubungi dirinya.

"Kamu kenapa Wen? Kok ketakutan begitu,"

"Ada setan Ren,"

"Dimana?"

"Diluar sana. Aku takut Ren...," Perempuan bernama Wendi tersebut langsung sembunyi di ketiak temannya.

"Mana ada setan ah Wen. Ada-ada saja kamu ini,"

"Benar, sumpah Ren.....! Kalau nggak percaya, sana kamu lihat keluar," Ucap Wendi dengan sesekali melihat ke luar. Renita langsung melihatnya keluar dengan menarik pintu kamar itu. Dilihatnya sekitar, tapi tidak ada apa-apa, sunyi dan sepi.
Renita yang berambut sebahu itu pun kembali masuk.

"Tidak ada apa-apa,"

"Benar, tadi dia di dekat dinding kamar itu. Setan....!" Wendi langsung menutupi wajahnya dengan telapak tangan, kemudian wajahnya ditutupi bantal pasien. Pasiennya sendiri sedang duduk berbincang dengan mereka.
Wendi kembali melihat sesosok berpakaian putih dengan rambut panjangnya terjuntai. Sesosok itu melintas di dekat jendela.
Tidak lama kemudian terdengar suara isak tangis di luar kamar operasi. Renita menatap keluar, dia kemudian beringsut merapat ke dinding dan mendekap bantal satunya.

Malam yang lengang, angin bertiup terasa dingin menerobos ventilasi jendela, semakin menambah seramnya suasana. Suara tangis itu masih terdengar dan semakin jelas di telinga mereka.
Wendi, Renita, dan temannya yang sakit, begitu ketakutan. Bulu kuduk mereka berdiri. Mereka saling berpelukan karena rasa takut.

'Ngiiiiiiiiiik' derit daun pintu sedikit terbuka tertiup angin.
'Pet!' lampu mati. Mereka menjerit bersamaan. Mereka menutupi wajanya dengan apa saja yang ada di dekatnya.

"Apa itu?! Dia masuk, dia masuk," Wendi menggigil. Sesosok berpakaian putih itu sudah berdiri di depan pintu, dia sudah berada di dalam kamar.
'Byar pet' lampu di kamar menyala dan mati lagi.

"Aouw, siapa yang mencolekku!" Tangan Renita dikibaskan menepis, tapi mengenai ruang kosong.

"Aduh duh aduh..., siapa yang menarik rambutku sih!!!" Suara Wendi yang lantas meraba kepalanya.

"Aduh! telingaku ada yang menjewer!" Si pasien yang tengah sakit pun merasakan telinganya ada yang menarik.

'Byar pet, byar pet, byar pet' lampu di kamar itu berkedip-kedip. Sesosok wanita berpakaian putih dan rambut panjangnya menjuntai terlihat terkena sinar lampu berkedip. Ketiga orang itu pun menjerit-jerit ketakutan, sampai-sampai diantara mereka ada yang pipis di celana.
Sementara itu, di luar tampak seorang lelaki berlari ke arah mereka dengan lampu senter di tangan. Lelaki tadi langsung ke kamar.

"Ada apa ini?!"

"A a anu pak, ada setan. Ya setan,"

"Oh setan..., setannya berpakaian putih?"

"Iya pak,"

"Memang, di rumah sakit ini sering ada penampakan seperti yang kalian lihat. Tapi dia nggak mengganggu kok," Kata lelaki itu yang berdiri dan senter tetap menyala.

"Dia mengganggu kok pak. Tadi saya dicoleknya. Dia ditarik rambutnya, dan dia dijewer telinganya. Itu itu...... hiiiiiiiiii." Renita menunjuk ke pojok ruangan.

"Mana? Nggak ada," lelaki itu mengarahkan lampu senter ke pojok ruangan, tapi dia tidak melihat apa yang Renita lihat.
'Gluntang gluntang gluntang...' peralatan medis jatuh dan menggelinding.

"Aduh! siapa yang menamparku?!!!" Wendi celingukan. Dia memegangi pipinya.

'Plak!' "Aduh! siapa yang mekukulku dengan piring?!" lelaki itu memegangi kepalanya yang dipukul.
Suasana rungan operasi itu sangat mencekam dengan lampu yang mati. Mereka berhamburan keluar ruangan. Pasien yang sakit tampak tertatih dan sempat terjatuh.

"Ada apa dengan kalian?!" Seorang perawat bertanya-tanya keheranan melihat mereka yang tersengal karena berlari.

"Ada setan di dalam sana," Jawab Renita dengan muka pucat dan terengah.

"Di ruangan mana?"

"Di kamar 13,"

"Oh..., iya disana memang sering muncul penampakan. Hiiiiiiiiiiii... takut...!!!" Perawat tadi malah melarikan diri.

"I i itu..., lari........!!!" Wendi menarik tangan temannya yang sedang sakit. Orang yang ditarik Wendi sampai tersentak dan terjatuh. Mereka berlari secepatnya.

"Haaaaaaaaaaaa, ampun Kunti... eh Sundel Bolong, eh Kunti. Ampun ampun ampuuuuuun...!!!" Sesosok berpakaian putih itu tiba-tiba sudah berdiri dihadapan mereka. Wendi dan yang sakit langsung ambruk jatuh semaput. Sementara Renita gemetaran sambil meminta ampun.
Sesosok berpakaian putih yang mirip Kuntil Anak itu mendekati Renita. Dia mencengkeram tengkuk wanita tersebut. Dengan sekali kibas, tubuh Renita terlempar beberapa meter dan menghantam dinding rumah sakit. Renita pun tak sadarkan diri.

Pagi menjelang, ketiga orang yang semaput karena hantu pun siuman. Mereka memandang sekeliling dan tampak bingung dengan apa yang telah terjadi.
Perawat yang tadi sempat lari tunggang langgang itu mendekat. Dia memegang tubuh Renita yang merasa kesakitan.

"Kamu tidak apa-apa mbak?"

"Badanku terasa sakit mas. Aku dilempar oleh setan itu,"

"Untung hanya dilempar mbak, dulu ada yang dicekiknya dan hampir meninggal.
Hantu itu memang ganas terhadap siapa saja yang menghuni kamar 13," Kata perawat tersebut.

"Sudah tahu begitu, kenapa temanku di tempatkan disana?!
Kami akan minta pindah kamar, atau kami akan pulang!
Ayo Wen, Tan, kita ke administrasi rumah sakit ini," Ajak Renita dengan muka bersungut-sungut.

Pihak rumah sakit kemudian mengabulkan permintaan pindah kamar mereka bertiga.
Mereka masih membincangkan tentang kejadian semalam. Sebenarnya ada rasa takut jika mereka masih berada di rumah sakit itu, takut kalau hantu itu kembali menerorrnya. Namun mau bagaimana lagi, kalaupun mereka pindah ke rumah sakit lain pastilah akan mengurus segala sesuatunya, dan itu juga akan memakan biaya lebih, belum lagi waktu yang akan tersita.

Malam telah datang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.17 WIB. Wendi, Renita, Tania, tampak terdiam. Mereka membisu dalam pikiran masing-masing.
Renita mundur dari duduknya. Perempuan itu terpekik, dia melihat sekelebat makhluk itu di dekat jendela.

"Ada apa Ren?"

"Di di di diaaaaaa, setan.........!!!" Renita langsung tak sadarkan diri. Wendi dan Tania saling berpelukan ketakutan. Sebentar kemudian seorang perawat dan Dokter masuk ke kamar itu untuk memeriksa keadaan pasien.

"Selamat malam sis. Dia kenapa, tidur?"

"Dia semaput Dok, tadi melihat hantu,"

"Hantu? Oh, di rumah sakit ini memang sering ada penampakan hantu Kuntil Anak. Saya pun takut kepadanya." Kata Dokter itu dengan tersenyum menghibur.
'Glontang glontang glontang' rak obat bergoyang dengan sendirinya. Namun Dokter itu tenang-tenang saja, kemudian memeriksa si pasien. (*)

0 Tanggapan untuk "Dijahili Setan Rumah Sakit"

Posting Komentar