Masa-masa indah dalam kebersamaan memang sangat menyenangkan. Namun akan menyedihkan jika masa itu hilang bersama perginya seseorang yang telah padu dalam langkah dan impian kita.
Kini diriku hanya bisa menatap sedih pada masa silam dimana ada banyak senyum antara aku dan dia. Tertawa bersama dalam kegembiraan, tapi dia telah pergi. Pergi jauh sekali meninggalkan diriku dan tak mungkin kan kembali untuk merajut jalinan yang pernah ada.
Biarpun dia sudah tak lagi dekat denganku, tapi diriku tak lantas bisa melupakannya dengan begitu mudah. Dia serasa telah menyatu dalam setiap gerak nafas yang mengisi setiap rongga tubuh ini.
"Selamat jalan Zacky, kamu telah mengajarkan banyak hal kepadaku tentang arti sebuah cinta, kesetiaan dan pengorbanan. Kamu telah menjadikan diriku seorang yang kuat dalam menjalani setiap sisi kehidupan di dunia ini.
Sungguh aku tak bisa melupakanmu sampai kapan pun. Semua yang pernah ada diantara kita akan menjadikan diriku lebih dewasa dalam sikap dan tindakan," Kutarik nafas dalam-dalam, mencoba menyentuh sesosok yang dangat aku cintai dan kusayangi. Namun kini dia telah tiada. Dia telah pergi untuk selamanya. Pergi meninggalkan semua yang ada di dunia ini.
'Kriiiiiiiing kriiiiiiiing' dering telphone di atas meja membuyarkan lamunanku.
"Hallo, siapa?"
"Hallo Chintya, masih ingatkah denganku?"
"Siapa ya?"
"Ini aku, Junet,"
"Junet siapa ya?"
"Junet teman kelasmu dulu...,"
"Junet Rujak, iya?"
"Benar sekali Chintya. Bagaimana kabarmu?"
"Oh Junet Rujak..., hikhikhikkk. Kabarku baik. Bagaimana dengan kamu sendiri Net Junet?"
Kesedihanku atas kepergian Zacky untuk sementara sedikit terlupakan karena banyolan Junet Rujak yang tiba-tiba menelfonku. Junet, dia memang lucu dengan banyolan-banyolannya. Banyak teman-teman sekolah dulu yang suka dengan si Junet karena dia yang super lucu.
"Eh Chin, bagaimana dengan si Zacky, apa kalian masih jalan bareng?" Tanyanya si Junet. Aku terdiam, rasanya sangat sedih bila harus menceritakan kepergian Zacky.
"Emmm, anu. Dia anu," Air mataku malah menetes tak tertahan.
"Anu apa Chin? Apa telah terjadi sesuatu pada Zacky?!"
"Dia kecelakaan dan meninggal di tempat, kemaein," Jawabku dengan terisak.
"Apa?!!!, Yang benar saja kamu Chintya...,"
"He'emm," Suaraku nggak bisa menjawab lagi. Junet Rujak terdiam, sepertinya dia belum bisa percaya atas kepergian Zacky. Sementara diriku juga hanya terisak, teringat kekasih hati.
"Saya turut berduka Chintya. Rasanya baru tadi aku mengobrol sama Zacky.
Ya sudah Chin, aku mau mandi dulu ini, terus pulang ke kampung,"
"Iya Jun. Terima kasih, ya,"
Aku terdiam lama sekali. Kupandangi seisi kamar. Kulihat setangkai bunga tergeletak di atas meja, bunga mawar yang kemarin dia berikan kepadaku saat kami jalan-jalan ke sebuah taman, semakin mengingatkan diriku akan dirinya.Kuraih bunga tersebut, harumnya masih terasa seperti wanginya cinta kami.
Bunga mawar di tanganku ini adalah bunga kenangan terakhir, dimana kami duduk bersama dalam canda dan tawa.
Aku sangat tahu jika bunga yang kini kupegang akan layu, tapi tidak demikian dengan kenangan kita, Zacky. (*)
Sebuah kenangan memang terkadang susah untuk dilupakan meskipun itu hanya berbentuk bunga, karena memang sudah klopnya dua hati saling mengisi pada yang namanya cinta.
BalasHapusBiarpun bunga itu sebuah sisa dari kenangan Chintya dan Zacky, tapi hal itu pasti ada maknanya.
BalasHapusYapz, kenangan memang sebuah cerita yang terkadang sulit dilupakan.
BalasHapusBenar, sebuah makna yang terkandung pun sangat dalam, khususnya buat si Chintya.
BalasHapus